i7-core.blogspot.com - Sejak era kepemimpinan Soekarno, mata dunia lebih mudah mengenali sosok pemimpin Indonesia dari sebuah simbol yang tersemat elegan di setiap penampilannya. Dari simbol itu pula, mata dunia selalu segan dan hormat tatkala pemimpin Indonesia tampil di acara-acara kenegaraan.
Adalah songkok atau peci, juga ada yang menyebut kopiah. Sebuah penutup kepala yang banyak digunakan umat muslim. Dulu kala, songkok semata-mata dipakai sesuai fungsinya yakni untuk beribadah. Tapi sejak Soekarno mempopulerkan songkok, belakangan para pejabat tinggi negara banyak menggunakannya khususnya ketika menghadiri sebuah acara kenegaraan.
Adalah Songkok Awing, salah seorang produsen songkok yang hasil produksinya berhasil menembus pasar Asia Tenggara. Kiprah produsen songkok yang pernah mendapat pesanan khusus dari Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalam, berawal dari Jalan KH. Kholil No. 73, Kabupaten Gresik - Jatim.
"Songkok yang dipesan Sultan Bolkiah warna hitam polos dan saya sendiri yang mengantar ke Brunei," cerita H. Suraji, Kepala Produksi Songkok Awing.
Melihat dari fisik songkok buatan Awing, sebenarnya nyaris sama dengan lazimnya songkok dipasaran. Warnanya didominasi warna hitam, bentuknya oval dan di bagian sisi luarnya sering ada hiasan motif agar terlihat lebih menarik.
Perbedaan songkok yang juga pernah dipakai Presiden Soeharto hingga SBY, terletak pada desain khusus di bagian atas kedua ujung songkok. Bila lazimnya bagian atas songkok dibuat tertutup dengan kain.
Maka songkok ini didesain terbuka. Dengan meletakkan kain-kain berongga yang bertujuan sebagai ventilasi udara. Agar ketika dipakai relatif lama, sang pemakai tetap merasa sejuk. Karena ada sirkulasi udara di dalam songkok yang membuat kepala tidak terasa gerah.
Bahan baku seperti kain bludru diimpor dari Korea dan Amerika. Sedangkan untuk bahan lapisannya diimpor dari jepang. "Semua bahan bakunya diimpor dari beberapa negara, karena kualitas beludru impor lebih bagus dibanding dari lokal," jelas Suraji. Songkok ini juga punya ciri khas yakni tanpa menggunakan kertas, anti kusut dan ringan dipakai.
Dari balik desain songkok ini, ternyata ada cerita menarik. Diceritakan Suraji, mantan Menteri Penerangan di era Soeharto yakni Harmoko, pernah datang ke Gresik untuk memesan songkok buat Soeharto. Ketika melihat produksi Awing, Harmoko tertarik dengan desain yang dibuat Awing. Orang kepercayaan Soeharto itu pun bercanda dengan menyebut songkok produksi Awing songkok AC.
Berawal dari candaan Harmoko, songkok Awing mulai dikenal dengan songkok AC. Apalagi Awing merasa, bercandanya Harmoko dapat membawa keberuntungan buat kelangsungan bisnisnya.
Kini, pemasarannya sudah merambah ke beberapa negara seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam. Sejak berdiri 1986, Awing sang pemilik memang sudah menginginkan agar produksi songkoknya memiliki perbedaan dibanding songkok lain. Maklum, produsen songkok di Gresik relatif banyak.
Atas dasar itu pula, Awing berupaya untuk menyuguhkan songkok dengan kualitas nomor wahid. Kemudian, ia melakukan inovasi pada songkoknya. Dibuatlah sebuah ventilasi udara di masing-masing ujung songkok.
Harga songkok dibanderol mulai dari Rp 60 ribu hingga Rp 160 ribu. Menjelang Ramadhan hingga 20 hari sebelum lebaran, produksi Songkok Awing meningkat hingga dua kali lipat dari semula memproduksi 50 ribu songkok per bulan.
Untuk pasar lokal banyak tersebar ke berbagai daerah di Indonesia. Antara lain Jakarta, Bandung, Semarang, Jatim dan kota-kota lainnya. Ke depan, pasar Timur Tengah diharapkan bakal ditembus dengan mudah.